Kategori
Jurnalisme Warga EEJ 2024 Mitigasi Bencana

Banjir Bandang di Musim Kemarau?

Oleh Insra Giarti Ningsih*

Lumpur tebal berselimut pasir pantai berbaur dalam deru aliran air sempadan Sungai Tenggulun pada 9 Maret 2024. Demikian kiranya kilas balik fenomena banjir bandang kecil di musim kemarau yang pernah menimpa Desa Sumber Makmur, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang.

Dalam beberapa bulan terakhir, kemarau panjang mengakibatkan kekeringan sumur di setiap rumah warga. Masyarakat pun terpaksa berbondong-bondong mengambil air dari sungai guna memenuhi kebutuhan harian. Namun, layaknya kata pepatah, “Sudah jatuh tertimpa tangga”, tiba-tiba banjir bandang kecil justru hadir. Hal tersebut mengakibatkan air yang semula jernih berubah menjadi cairan lumpur. Akibatnya, akses air bersih yang semestinya dapat digunakan warga dari sumur atau sungai pun terputus.

“Saya terpaksa membeli air mineral untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari,” ujar Wike, seorang ibu rumah tangga yang memiliki dua orang anak, dengan raut wajah sedih sekaligus agak kesal.

Sebagai perempuan, Wike merasa kewalahan untuk beraktivitas tanpa ketersediaan air bersih yang memadai. Dia harus merogoh minimal 10.000 rupiah untuk membeli dua galon air isi ulang setiap harinya.

“Air sangat penting untuk aktivitas sehari-hari. Kondisi ini sangat merugikan saya, apalagi di bulan suci Ramadan, banyak keperluan yang harus dipenuhi. Tentu tidak cukup hanya untuk membeli air saja,” ujar Wike khawatir.

Keresahan tersebut dia sampaikan saat ditemui di kediamannya, di Desa Sumber Makmur pada 21 Ramadan 1445 H. Wike berharap kelak akses air dari Perusahaan Air Minum (PAM) bisa masuk ke desanya. Sehingga bila kemarau terjadi, warga tidak lagi kesulitan mencari air bersih.

Khairul Amri, Asisten GIS (pemetaan) HAkA, menjelaskan bahwa Sungai Tenggulun masuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Tamiang. Artinya, hulu Sungai Tenggulun berada di Gayo Luwes dan hilirnya di Tamiang. Jika dilihat dari pencitraan satelit, tampak pinggiran sungai berwarna cokelat. Hal tersebut mengindikasikan terjadinya longsor di hulu.

Amri yang dihubungi via telepon pada 3 April 2024 menjelaskan, “Salah satu faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya banjir bandang di musim kemarau tersebut adalah kerusakan hutan.”

Kondisi kerusakan hutan tersebut, menurutnya, mengakibatkan terjadilah longsong. Dia menduga bahwa curah hujan tinggi di daerah hulu mengakibatkan banjir di hilir yang kemudian berdampak pada hadirnya banjir bandang kecil.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Eko Cahyo Pristiwantoro, staf Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh, “Musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan yang turun di Provinsi Aceh.”.

Dia jelaskan bahwa satu periode musim kemarau adalah periode yang ditemukan dalam pola hujan tahunan. Dengan kata lain, terdapat potensi curah hujan tinggi atau bahkan hujan ekstrim di musim kemarau yang terjadi di daerah hulu, terutama di Provinsi Aceh, termasuk kawasan Aceh Tamiang.

Saat dihubungi via telepon pada 4 April 2024, Eko mengistilahkan kejadian banjir bandang kecil itu sebagai banjir kiriman. Artinya, banjir yang terjadi di hilir akibat tingginya curah hujan di hulu atau di gunung.

Eko mengimbau masyarakat untuk menjaga hutan, tidak lagi melakukan perambahan liar, dan melaksanakan reboisasi lahan gundul guna mencegah keberulangan banjir bandang serupa di kemudian hari. 

Kemudian, Novita Sari selaku Ibu Datok di Desa Sumber Makmur juga merasa sangat prihatin dengan warganya yang harus berjuang mendapatkan air bersih. Secara pribadi, dia tidak merasakan dampak langsung fenomena kekeringan air tersebut dikarenakan kebutuhan airnya masih tercukupi.

Hal tersebut dikarenakan pemukiman tempat tinggalnya berada di area irigasi. Novi, sapaan akrabnya, memahami kesulitan warganya untuk memperoleh air bersih saat aliran sungai satu-satunya di desa itu justru terdampak banjir bandang kecil. Sehingga air menjadi keruh berlumpur dan tidak dapat dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari mereka. 

Selain itu, warga juga mengeluhkan kondisi abu jalanan yang menggangu mata dan sistem pernafasan mereka, berhubung kondisi jalan Desa Sumber Makmur masih beralaskan bebatuan yang bercampur tanah dan pasir. Sehingga ketika musim kemarau tiba, jalanan yang kerap dilintasi berbagai mobil dari perusahaan yang melewati pemukiman warga menerbangkan debu yang cukup tebal secara berkesinambungan.

Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat beserta perusahaan adalah sebatas menyirami jalan tersebut dengan air. Harapannya, debu yang berterbangan dari jalan raya dapat berkurang. Namun sayangnya, musik kemarau yang ekstrem tampak membuat mobil penyiram jalan raya kewalahan. Sebab mobil tersebut harus melakukan penyiraman jalan secara berulang-ulang. Sehingga, beberapa waktu selanjutnya, mobil penyiraman pun berhenti beraktivitas. Tentu hal tersebut memicu kemarahan warga dan aksi demo untuk menutup jalan pun sempat digelar.

Ibu Datok selaku perwakilan warga di desanya berharap para pejabat di DPRK, DPRA, DPRI, Bupati Aceh Tamiang, bahkan Gubernur Aceh dapat merealisasikan pengaspalan jalan raya di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh. Mengingat banyak anak-anak dan pelajar—mulai dari PAUD, TK, SD, SMP hingga SMA—yang harus diperhatikan kesehatannya. Sebab lingkungan sekolah kerap dicemari debu dari jalanan yang tidak teraspal saat dilewati kendaraan.

Pada akhirnya, manusia perlu menyadari dan memahami betapa penting akses air bersih di keseharian hidup kita, terlebih bagi kaum hawa. Pada kenyataanya, mencintai diri harus dimulai dari menjaga kebersihan dan keseimbangan alam di sekitar kita juga, termasuk hutannya.

Sebab jika hutan terjaga, maka sumber air juga akan terjaga. Tanpa kelestarian hutan, kekeringan akan hadir, dan selaku manusia, kita pun akan binasa.

Penulis adalah peserta program pelatihan EEJ (Ecofeminism and Environmental Journalism): Workshop and Field Trip to Leuser Project [A Decade of YSEALI Small Grant]

Satu tanggapan untuk “Banjir Bandang di Musim Kemarau?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *