Kategori
Jurnalisme Warga Literasi Pemilu

Pemilu 2024 di Mata Generasi Z

Oleh Aidil Ihfar*

Cuaca dalam beberapa pekan ini kurang bersahabat, tetapi saya mendapati pagi Minggu (16/10) hari lebih cerah. Saya memutuskan “healing” ke sebuah pantai yang juga merupakan destinasi favorit para turis di ujung Sumatra. Di sana saya duduk di salah satu gazebo kafe yang pelayannya sedang menggerutu tentang kuota internet yang kian mahal, sementara gajinya tak kunjung naik. Kutaksir usianya masih dua puluhan. Dia menatapku dengan sungkan, mungkin karena merasa saya turut menyimak keluhan yang diucapkannya dengan logat Aceh Rayeuk-nya yang cukup kental.

“Harga kopi di sini ikut naik seperti BBM?” tanya saya yang dibalasnya dengan tawa renyah. Sembari berseloroh dia menjawab bahwa semuanya naik kecuali gajinya. Saya lihat dia sedikit celingukan memastikan bahwa candaannya tidak didengar oleh bosnya, atau mungkin dia ingin keluhannya itu juga didengar. Saya tidak bisa menebak isi kepala anak muda itu, tetapi dari sana saya jadi tertarik mendalami perspektif generasi Z yang tumbuh dengan ketergantungannya terhadap teknologi. Termasuk masuk bagaimana pandangannya mengenai pemilu 2024 mendatang.

Berdasarkan data BPS terbaru tahun 2022, persentase generasi Z di Indonesia mencapai 27,94%. Ini merupakan angka tertinggi dibandingkan generasi lainnya. Generasi Z ini lahir mulai tahun 1996 hingga 2012, dengan kata lain merupakan generasi yang lahir setelah generasi milenial. Mereka juga disebut dengan digital native.

Namun, sebagaimana pernah disampaikan seorang politisi muda Indonesia, Andika Ulil Amri, bahwa kaum muda banyak yang apatis terhadap perosalan politik bangsa dan ini membuat mereka enggan berkontribusi dalam pemilu mendatang. “Generasi milenial dan generasi Z juga terbiasa instan karena hidup di zaman serbadigital,” kata Andika awal April lalu.

***

Ceret pemanas air bersiul nyaring memanggil Imam, nama anak muda yang bekerja di kafe dan ternyata baru saja memiliki KTP secara resmi dalam dua minggu terakhir ini. Dia datang menghidangkan secangkir kopi tubruk seperti pesanan saya. Karena kafe masih sepi pengunjung, saya berinisiatif mengajaknya mengobrol melanjutkan pembahasan mengenai harga bahan pokok dan BBM yang kian melangit.

Dari bahasa yang diungkapkan Imam, dia turut menyalahkan kebijakan presiden dalam hal mengurangi subsidi BBM. Dia juga berceletuk seandainya dia jadi presiden hal yang paling penting adalah memberikan subsidi kuota internet agar masyarakat tidak ketinggalan informasi, terutama mengenai berita hangat saat itu mengenai kasus polisi tembak polisi yang CCTV-nya mati. Katanya drama kasus itu tak kunjung usai. Terakhir dia juga mengatakan sambil berseloroh bahwa kuota internet penting untuk bermain game online.

Begitulah generasi Z memandang politik dan printilannya, tak ubahnya seperti komedi, memang ‘sebercanda’ itu. saya melihat ini sebagai wujud sikap apatis. Ia menyalahkan Pak Presiden Joko Widodo yang telah mengurangi subsidi BBM sehingga menyebabkan semua harga barang naik termasuk kuota internet. Kekesalannya berlanjut dengan kalimat yang cukup menggelitik, karena ia mengatakan bahwa jika ia menjadi presiden maka kuota internet akan disubsidi agar masyarakat bisa bebas berselancar di internet dan bermain game online dan aplikasi TikTok.

Pengunjung mulai berdatangan dan waktu berlalu begitu cepat, saya dan Imam tenggelam dengan kesibukan masing-masing. Imam sibuk dengan pesanan yang kian banyak dari pelanggan, sedangkan penulis tenggelam dengan Microsoft Powerpoint menyiapkan materi pembelajaran online bahasa Jerman untuk mengajar satu minggu ke depan. Generasi milenial dan generasi Z ini sangat akrab dengan media digital seperti, Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, TikTok dan media sosial lainnya adalah aplikasi yang memiliki hubungan erat dengan generasi Z (digital native).

Bisa dilihat penggunaan teknologi oleh gen Z, yaitu, sekitar 8,5 jam setiap harinya. Dengan demikian informasi pesan politik seperti kampanye daring yang mulai dilakukan oleh para tokoh politik sangat relevan terhadap para milenial dan gen Z. Namun, banyaknya konten hoaks yang bertebaran di dunia maya memengaruhi kepercayaan dan tingkat kepedulian generasi Z terhadap politik.

Satu jam membolak balik buku paket belajar dan menuangkan ke dalam presentasi pembelajaran daring, tiba-tiba masuk pesan WhatsApp dari salah satu murid ketika penulis masih mengabdi sebagai tenaga honorer di salah satu SMK Banda Aceh. Ada banyak perubahan terlihat dari murid saya yang satu ini. Obrolan mengalir begitu saja mulai dari menanyakan kabar sampai nostalgia saat dikelas dulu kami belajar bahasa Jerman. Sekarang dia sudah bekerja di Banda Aceh setelah menyelesaikan pendidikannya dari salah satu universitas di Bandung.

Obrolan kami berlanjut begitu saja sampai perpolitikan, sebagai generasi Z muridku yang nilai bahasa Jerman-nya selalu tinggi ini cukup sadar akan hak sebagai warga negara dalam menentukan arah perpolitikan negeri ini, buktinya ia sangat antusias dan cukup update dengan informasi Pemilu 2024 mendatang yang akan dilaksanakan pemilihan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil tentunya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurutnya yang sudah pernah ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi sebelumnya di tahun 2019, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan menentukan arah negeri ini walau hanya dari suara yang ia miliki. Menurutnya, dengan akses informasi yang kian mudah dan juga harus diseleksi dengan bijak, hak pilihnya sangatlah berharga. Ia berharap dengan suara yang ia gunakan akan berdampak positif terhadap negara melalui pemimpin yang dipilih dengan bijak. Tetapi jika generasi Z kita paham hak dan kewajibannya, maka ketika harga kuota naik kita hanya bisa menyalahkan bapak presiden yang sedang menjabat.

Menurutnya, untuk meningkatkan kesadaran generasi Z akan pentingnya menggunakan hak suara mereka yaitu dengan sosialisasi melalui konten-konten edukatif. Dengan begitu mereka paham tentang pentingnya kepedulian terhadap perpolitikan karena punya hubungan yang erat dengan perubahan yang akan mereka hadapi di masa yang akan datang. Obrolan yang cukup menarik sehingga waktu dua jam kami habiskan sambil menikmati suasana pantai yang mulai terasa panas.

Suara azan dari ponsel saya berbunyi, waktunya kami bergerak menuju musala yang disediakan pemilik kafe untuk salat Zuhur. Sebelum berjalan menuju musala, saya sempat menuliskan kesimpulan terkait pemilu dan generasi Z. Pemilu adalah jantung demokrasi untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Oleh sebab itu, generasi Z memiliki peran penting dalam melaksanakan kedaulatan tersebut dengan ikut berpartisipasi melalui pemilihan umum yang diselenggarakan pemerintah. Salah satu bentuk berpartisipasi tersebut yakni, memilih figur pemimpin yang mampu membawa perubahan, merakyat, dan bebas dari korupsi. Dan yang tidak kalah penting bagi generasi Z melihat track record dan prestasi dari masing-masing kandidat.

Selesai salat Zuhur ternyata cacing di perut kami sudah mulai berdemo. Reaksi politik yang cukup masuk akal mengingat sejak pagi perut ini hanya diisi kopi dan sepotong roti. Menu seafood saus padang yang merupakan andalan kafe ini menjadi pilihan makan siang kami. Sambil menunggu makan siang datang saya menutup menuliskan sebuah harapan: semoga generasi Z lebih intens mencari informasi valid terkait pemilu dan turut memantau geliat politik di tanah air. Meningkatkan literasi politik, menyadari bahwa harga kuota internet yang setiap hari menjadi kebutuhan akan selalu dipengaruhi oleh dinamika politik di negeri ini.

Sebagai suara penentu suatu keniscayaan bagi generasi Z untuk lebih proaktif dalam mengevaluasi kondisi demokrasi politik yang akan menjadi sorotan publik. Agar Pemilu 2024 yang akan dilaksanakan benar-benar membawa perubahan dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara signifikan ke arah yang jauh lebih baik. Dan healing kali ini ditutup dengan sempurna oleh hidangan lezat di pantai Lampuuk dan nostalgia bersama murid yang kini menjadi partner bisnis.[]

Penulis adalah anggota Jurnalis Warga Banda Aceh dan warga Lhoknga, Aceh Besar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *