Kategori
Literasi Pemilu Jurnalisme Warga

PPMN-Perludem Gelar Diskusi Publik Kepemiluan di Banda Aceh

Banda Aceh — Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) dan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) melalui Koordinator Jurnalis Warga (KJW) Banda Aceh menyelenggarakan diskusi publik bertema “Warga Berdaya Pelopor Pemilu Jujur dan Adil”. Diskusi ini bekerja sama dengan LSM Flower Aceh dan berlangsung di kantor Flower pada Selasa, 24 Januari 2023.

KJW Banda Aceh, Ihan Nurdin, mengatakan diskusi publik ini diikuti sebelas peserta dari beragam latar belakang dan organisasi, seperti ibu rumah tangga, pengajar di sekolah luar biasa, dosen, jurnalis, perwakilan komunitas, pegiat LSM, aktivis sosial, hingga perwakilan masyarakat Tionghoa di Banda Aceh.

Adapun narasumber yang dihadirkan, yaitu komisioner Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, Tgk. Akmal Abzal, dan Direktur Eksekutif LSM Flower Aceh, Riswati. Akmal Abzal menyampaikan informasi terkait tahapan terkini penyelenggaraan pemilu di Aceh yang sudah memasuki tahap pengumuman hasil verifikasi bakal calon anggota DPD RI. Sementara Riswati menyampaikan tentang pentingnya pemilu inklusi yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Diskusi yang dimulai dengan sharing session tersebut memberi ruang bagi peserta untuk menceritakan pengalaman mereka terkait isu-isu kepemiluan di Aceh.

Dian Guci dari komunitas Perempuan Peduli Leuser yang bermukim di Aceh sejak 2007 dan telah mengikuti beberapa kali pemilu menyatakan, dalam pelaksanaan pemilu, suara masyarakat Aceh cenderung lebih sulit “dibeli” dibandingkan di daerah lain yang pernah ia saksikan sendiri.

“Di daerah lain, pernah saya saksikan, hanya dengan diberikan gula dan teh saja sudah bisa dibeli suara mereka. Di Aceh tampaknya masyarakat memiliki pemikiran sendiri untuk memilih,” kata Dian.

Di sisi lain Dian mengatakan, demokrasi saat ini masih diukur sebatas tinggi rendahnya animo masyarakat mengikuti pemilu. Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam memilih, maka demokrasi dianggap semakin baik pula. Padahal, menurutnya, demokrasi di Indonesia masih semu dan tak lebih dari sekadar seremonial belaka.

“Suara rakyat hanya dilihat dari statistik tingginya suara pada satu partai. Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman sebagai warga yang ingin berkontribusi untuk kemajuan bangsa, bagaimana kita sebagai rakyat merumuskan cara melaksanakan pemilu yang paling dekat dengan paripurna,” ujarnya.

Peserta lainnya, Sheilisa, Kepala SMP Methodist Banda Aceh, juga menyatakan pendapatnya bahwa setiap warga perlu berpartisipasi dalam pemilu. Hanya saja, persoalan yang dihadapi warga ada kalanya calon yang diusung oleh partai tak sesuai dengan harapan masyarakat, meskipun mereka simpatisan partai tersebut.

Mendekati musim-musim pemilu ia juga melihat banyak calon-calon peserta pemilu mendekati warga dengan memberikan “hadiah-hadiah”. Namun, menurutnya, bagi masyarakat hadiah-hadiah politik itu tidak berpengaruh besar.

“Karena banyak yang memiliki pemikiran ambil pemberiannya, di bilik suara tetap coblos sesuai hati nurani. Harapan kami, apa yang dipilih itu bisa menjadikan Indonesia khususnya Aceh lebih baik. Para calon pimpinan jangan sekadar berjanji, tetapi konsisten dengan apa yang digaungkan saat kampanye,” harapnya.

Persoalan lain yang juga menjadi keresahan bersama di musim pemilu ialah maraknya politik uang dan kurangnya akses bagi pemilih rentan, seperti disabilitas, lansia, maupun perempuan.

Diskusi publik ini merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan KJW Banda Aceh selama program berlangsung sejak September 2022 hingga Januari 2023. Kegiatan ini sepenuhnya didukung oleh PPMN-Perludem melalui program The Asia-Pacific Regional Support for Elections and Political Transitions (RESPECT). Kegiatan utamanya merupakan perekrutan dan pendampingan bagi jurnalis warga di Banda Aceh untuk menulis isu-isu yang berkaitan dengan kepemiluan.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *