Kategori
Perempuan Berdaya Aceh Sisi Lain Feature Kawasan Ekosistem Leuser

Sedekade YSEALI, Perempuan Aceh Gemparkan Panggung ASEAN

“Mungkin aksi kita tampak kecil bagi kebanyakan orang, tapi bisa jadi begitu berharga bagi seseorang. Sebab setiap tindakan kita itu berarti.”

Pernyataan Maulina Sari dari Yayasan Aceh Hijau ketika berada di atas benderangnya panggung studio @america di Jakarta disambut gemuruh tepuk tangan puluhan peserta berhadir. Moli, perempuan kelahiran Sigli ini, menjadi satu-satunya pembicara perwakilan Indonesia bersama tiga alumni YSEALI (Young Southeast Asian Leaders Initiative) lainnya yang berasal dari negara Singapura, Vietnam, dan Timor-Leste.

Sesi Youth Leadership and Social Impact ini merupakan bagian dari rangkaian acara The 2023 YSEALI Summit: Impact Showcase Workshop yang dilaksanakan sejak 27-30 Juni 2024 di Hotel Fairmont, Jakarta, Indonesia.

Agenda temu alumni YSEALI tersebut merupakan bagian dari penutupan acara YSEALI Summit 2023 yang dilaksanakan di Bali pada bulan Desember tahun lalu. Terdapat 150 pemudi dan pemuda dari 10 negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) plus Timor-Leste yang terpilih saat itu.

Namun, untuk sesi penutupan, hanya terseleksi 29 orang muda dari 11 negara. Tujuh di antaranya berasal dari Indonesia, dan 2 dari perwakilan negara zamrud khatulistiwa itu berasal dari Aceh, yaitu Moli dan saya sendiri.

Para Alumni YSEALI Summit 2023 yang berhadir pada acara penutupan tersebut merupakan orang muda yang dianggap berdampak terhadap perkembangan dirinya dan masyarakat di sekitaranya melalui program-program yang berhasil dijalankan setelah memperoleh dukungan Post-Summit Grants, Small Grants, dan/atau Professional Development Opportunities.

Saya selaku perwakilan Komunitas Perempuan Peduli Leuser berhasil menerima dua jenis hibah sekaligus, Small Grants dan Professional Development Opportunities. Melalui dukungan pendanaan itu, saya dan teman-teman perempuan menggelar program beasiswa penuh untuk pelatihan kepenulisan Jurnalisme Warga bagi 10 perempuan akar rumput di Aceh tanpa mengenal latar belakang pendidikan dan usia mereka.

Training secara daring dan luring yang turut mengajak peserta untuk terjun langsung ke Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) itu dilaksanakan pada Februari hingga Mei 2024 dengan tema Workshop and Field Trip to Leuser: Ecofeminism and Environmental Journalism (EEJ).

“Terima kasih kepada panitia karena sudah memilih saya. Walau saya ini seorang ibu rumah tangga tamatan SMA, tapi tidak dipadang sebelah mata.”

Papar Insra, peserta dari Aceh Tamiang, yang merasa diterima dengan baik oleh peserta lainnya dan juga panitia selama program EEJ berlangsung.

Pernyataan senada juga datang dari peserta termuda asal Gayo Lues. Dengan suara bergetar dan bulir air mata yang perlahan membasahi pipi, dia pun bercerita.

“Terima kasih telah memilih Naila yang memang masih di bawah umur, masih SMA, tapi kakak-kakak di sini dan panitia sangat welcome. Naila baru pertama ikut kegiatan seperti ini dan banyak belajar, bisa membuka pikiran terhadap isu-isu lingkungan termasuk isu air.”

Program Workshop and Field Trip to Leuser: Ecofeminism and Environmental Journalism (EEJ) ini tidak hanya menjadi program yang disukai dan bermanfaat bagi peserta secara lokal maupun global tetapi juga masuk dalam kategori program unggulan alumni YSEALI Summit.

Tak berhenti di situ, pada akhir Juni 2024, perempuanleuser.com melalui program Jurnalisme Warganya ikut terpilih menjadi satu dari dua media warga di Indonesia yang dianggap memiliki program dengan kategori paling menarik oleh @BaleBengong, sebuah portal jurnalisme warga asal Denpasar, Bali.

Saat diminta mengirimkan sepatah dua kata atas terpilihkan perempuanleuser.com sebagai media penerima AJW (Anugerah Jurnalisme Warga) 2024, saya pun berkata.

Voicing the voiceless, menyuarakan suara-suara terbungkam merupakan salah satu cita-cita besar media perempuanleuser.com. Terpilih sebagai salah satu media dengan program terbaik, Jurnalisme Warga, merupakan sebuah kesyukuran besar bagi kami. Ini merupakan langkah awal. Bukan hal yang berhenti pada selebarasi. Semangat terus untuk semua media. Salam sukses.”

Demikian cerita singkat dari panjangnya perjalanan program yang telah kami tempuh. Tentu merupakan kesyukuran tersendiri bagi saya dan teman-teman perempuan Aceh untuk menerima ragam kesempatan untuk berkarya dan berkontribusi nyata secara lokal dengan kualitas kerja yang terakui dalam skala nasional bahkan internasional, terutama di wilayah ASEAN.

Perempuan Aceh di Kancah ASEAN

YSEALI merupakan salah satu program pelatihan kepemimpinan dari pemerintahan Amerika Serikat untuk meningkatkan keterampilan generasi muda dari negara-negara Asia Tenggara.

Ayu ‘Ulya – Farwiza Farhan – Maulina Sari (kiri ke kanan)

Hingga saat ini, sudah banyak alumni program YSEALI yang tersebar di berbagai penjuru ASEAN. Negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) adalah Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Myanmar, Vietnam, Thailand, Filipina, Kamboja, Laos, dan Timor-Leste yang sedang dalam proses bergabung.

Pada pergelaran YSEALI Summit: A Decade of Impact yang dihadiri oleh 150 pemimpin muda ASEAN dari 11 negara, ada 28 alumni YSEALI Indonesia yang terpilih, dua di antaranya berasal dari Provinsi Aceh; Maulina Sari dan Ayu ‘Ulya. Hingga kini, Provinsi Aceh telah memiliki puluhan alumni YSEALI dari berbagai program dan bidang keahlian.

Salah satu hal paling menarik dari perayaan 10 tahun program YSEALI untuk negara-negara ASEAN yang digelar di Bali pada tanggal 3-8 Desember 2023 itu adalah kehadiran salah satu pembicara utama asal Aceh. Dia adalah Farwiza Farhan dari Yayasan HAkA (Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh).

This is the landscape (Leuser Ecosystem) that I love. This is the landscape that turned me to be a changemaker,” sebut Wiza, panggilan akrabnya, ketika hadir pada pembukaan acara YSEALI Summit: A Decade of Impact di Aula Prama Hotel Sanur, Bali.

A changemaker is someone who embodies the fear of innovation, empathy, and resilience. It is someone who not only envisions a better world but the tangible action to bring those visions alive. You are here because you are the changemakers. You are here because you understand the power of collaboration, empathy, and futility in a complex issue. You are here because, at some point in your life, you want to make a difference.

Farwiza Farhan memaparkan, “Pembuat perubahan adalah seseorang merangkul rasa takut akan inovasi, memiliki empati, dan juga ketangguhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak hanya membayangkan dunia yang lebih baik tetapi juga melakukan tindakan nyata untuk mewujudkan visi tersebut. Kalian berada di sini karena kalian adalah orang-orang yang membuat perubahan. Kalian berada di sini karena memahami kekuatan kolaborasi, empati, dan potensi kegagalan pada pemecahan masalah yang kompleks. Kalian berada di sini karena di suatu titik lini masa kehidupan yang ditempuh, kalian merindukan perubahan.”

Sebagai pembicara utama pertama, Wiza, perempuan Aceh yang membawa tema “Everyone is a Changemaker” mendapat berkali-kali anggukan dan meriahnya tepuk tangan dari para alumni YSEALI yang berhadir di pagi itu.

Sungguh efek domino dari segala hal itu nyata adanya. Kehadiran Wiza yang hangat, cerdas, dan profesional pada pergelaran YSEALI Summit: A Decade of Impact, disadari atau tidak, memberikan dampak positif sekaligus beban yang nyata kepada saya dan Moli sebagai perempuan yang juga berasal dari Aceh.

Ringkasnya, tanpa saling tahu, saat di Bali ternyata saya terpilih sebagai satu-satunya pembicara perwakilan Indonesia di sesi unconference YSEALI Summit: A Decade of Impact dengan tema ‘Building and Managing Community‘ pada 7 Desember 2023. Adapun Moli terpilih menjadi satu-satunya pembicara perwakilan Indonesia pada penutupan acara YSEALI Summit 2023 Impact Showcase pada 29 Juni 2024 di Jakarta. Tiga perempuan Aceh terpilih untuk mewakili Indonesia selama panjangnya proses acara menyambut sepuluh tahun program YSEALI untuk ASEAN.

Ayu ‘Ulya dalam sesi unconference YSEALI Summit: A Decade of Impact di Bali

Walau Aceh kerap dikenal dengan berbagai framing berita seputar sejarah konflik bersenjata, megatsunami, bahkan simpang siur pengaplikasian Syariah Islamnya, pada momentum YSEALI Summit ini ada angin segar untuk kehadiran orang muda Aceh di panggung ASEAN melalui jalur aksi dan prestasi. Tentu saja, berkat rahmat Allah dan didorong oleh keinginan luhur mengharumkan nama Indonesia dan juga Aceh, keberhasilan tersebut dapat diukur melalui respons yang sangat positif dari para peserta yang menghadiri sesi-sesi kami.

Namun uniknya, dari beragam momentum berharga yang terjadi, entah bagaimana kami bertiga—secara langsung maupun tidak— tetap saja mendapatkan respons mengejutkan yang serupa dari orang-orang di ruang, waktu, dan tempat berbeda melalui pernyataan rasa tanya yang cukup familiar;

“Beneran asli orang Aceh?!”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *