Kategori
Literasi Pemilu

Pentingnya Menjadi Pemilih Rasional dan Mandiri Memilih

Bendahara Fatayat Nahdlatul Ulama Aceh, Aklima, mengatakan, ada beberapa kelompok masyarakat yang tergolong sebagai kelompok rentan dalam penyelenggaraan pemilu. Mereka di antaranya para perempuan, lansia, disabilitas, pemilih pemula, maupun anggota masyarakat yang tengah menjalani program pemasyarakatan di lembaga-lembaga pemasyarakatan.

Mereka menjadi rentan karena kurangnya akses dalam mendapatkan informasi seputar pemilu maupun akses pada TPS di hari-H nanti. Akibatnya kata Aklima, kelompok ini rentan dimobilisasi untuk memilih calon-calon tertentu.

“Oleh karena itu, penyelenggara pemilu harus responsif, kelompok-kelompok rentan ini harus dipastikan bisa mandiri dalam memilih,” kata Aklima dalam talkshow di Radio Serambi FM 90.2 MHz yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) melalui Koordinator Jurnalis Warga Banda Aceh, Ihan Nurdin, pada Jumat, 25 November 2022.

Kondisi ini menurutnya bisa terjadi karena partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilu di Indonesia, khususnya di Aceh belum ideal sebagaimana yang diharapkan. Berkaca dari pemilu-pemilu sebelumnya, masyarakat masih ada yang terintimidasi oleh ajakan-ajakan dari kelompok tertentu. Bahkan, ada yang secara ekstrem menafsirkan bahwa memilih calon-calon tertentu merupakan bentuk lain dari jihad.

“Banyak yang perlu kita evaluasi dari proses pemilu kita. Walaupun di sisi lain, untuk saat ini misalnya, antusias masyarakat pada pemilu mulai muncul, tetapi yang paling penting adalah menjadi pemilih cerdas. Khususnya pada pemilih-pemilih pemula, mereka ini harus menjadi pemilih rasional,” kata Aklima.

Bicara ideal kata Aklima, seharusnya dalam pesta demokrasi sudah tidak ada lagi masyarakat atau individu yang menjadi korban karena perbedaan haluan politik. Namun, fenomena yang terjadi, pemilu justru terkesan memecah belah masyarakat menjadi berkubu-kubu.

Di sisi lain, Aklima juga menyoroti partisipasi perempuan dalam pemilu yang masih dianggap sebatas second group atau kelompok kedua sehingga kehadiran mereka dinilai sebagai pelengkap. Jika perempuan tidak mendukung perempuan, maka ruang politik yang tersedia bagi perempuan akan selalu mengecil.

Jika bicara keterlibatan perempuan dalam panggung politik, menurutnya ada sejumlah figur yang bisa menjadi contoh. Di tataran politik nasional, ada nama seperti Khofifah Indar Parawansa. Sementara di konteks Aceh, ada nama-nama seperti Illiza Sa’aduddin Djamaluddin yang pernah menjadi wali Kota Banda Aceh dan kini menjadi anggota DPR RI. Ada juga Darwati A Gani yang kini menjadi anggota DPRA.

Momen-momen politik, utamanya pemilu, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan cara memberikan suara sebagai hak politik individu. Aklima menekankan untuk tidak golput karena dampaknya sangat besar terhadap merosotnya nilai-nilai demokrasi di Indonesia.

Talkshow ini juga menghadirkan narasumber dari KIP Aceh, Akmal Abzal, dan jurnalis warga sekaligus pemilih pemula, Nurul Muhdiyah.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *