Kategori
Eduwisata

Menikmati Pesona Empat Air Terjun di Tangse Pidie

TANGSE dan sekitarnya yang terletak di dataran Kabupaten Pidie selalu saja memiliki magnet yang membuat para petualang seolah tak bisa menghentikan pacu adrenalinnya. Lanskap alamnya yang sempurna dengan kombinasi dataran tinggi, sungai berarus deras, dan air terjun, membuat Tangse dan sekitarnya patut menjadi primadona.

Kali ini aku akan mengajak kalian untuk menyusuri secuil keindahan di pedalaman Pidie, tepatnya di Dusun Cot Weng, Kecamatan Beungga. Ini merupakan dusun terakhir di desa tersebut. Wilayah yang masih dikepung hutan belantara ini masih sangat sejuk sehingga saat kita ke sana wajib mengenakan pakaian tebal untuk menghalau dingin yang menusuk.

Tempat yang menjadi langganan amukan gajah liar ini juga menyimpan pesona nan indah yang tentunya belum banyak dijamah orang. Untuk menjangkau keberadaannya harus melalui perjalanan yang ekstrem, dan wajib dipandu oleh orang yang sudah berpengalaman seperti aku misalnya. Hehehe.

Untuk eksplorasi kali ini, tujuan perjalananku dan tim yaitu mengeksplorasi air terjun yang ada di pedalaman hutan Tangse. Perjalanan yang dilalui dengan susur sungai ini menawarkan berbagai tantangan yang memacu adrenalin, di antaranya menelusuri track hutan lebat, menerobos semak belukar, menaiki tebing, juga beberapa tempat harus menyebrang sungai dengan arus yang sangat deras.

Untuk sampai ke tempat yang menakjubkan ini, butuh waktu enam jam tracking, tapi jangan ragu, di setiap sudut tempat ini menyajikan spot–spot indah untuk dinikmati, jika sudah lelah dan gerah tinggal mengayunkan tangan ke sungai yang tidak pernah jauh dari lingkaran perjalanan kita. Kesegaran air dingin nan jernih pun siap melenyapkan dahaga.

Jangan terburu-buru terkesima dengan alurnya, berikut aku akan terangkan secara lengkap wujud perjalanannya berdasarkan hasil eksplorasi kami beberapa waktu lalu.

Air Terjun Jeurulong

Dinamakan Air Terjun Jeurulong (Bahasa Indonesia: tumpahan) karena bentuk aliran airnya seperti tumpahan air dari sebuah wadah. Air terjun ini memiliki ketinggian lebih kurang 9 meter dan permukaan ceruknya memiliki lebar 4 meter. Nahh, ini merupakan air terjun pertama yang kita jumpai di jalur tracking.

Pertama kali aku eksplor ke tempat ini tahun 2013, kembali lagi pada tahun 2017, selanjutnya pada 2018 dan 2019. Ternyata bersebelahan dengan air terjun ini di permukaan cabang sungai yang lain juga terdapat air terjun baru dengan ketinggian 12 meter. Namun, debit airnya kecil, akan menakjubkan jika disaksikan setelah hujan lebat, ekstrem banget tapi, ya. Diperkirakan air terjun ini terbentuk karena fenomena alam yaitu longsor.

Air Terjun Palong

Tiba di persimpangan sungai, di antara dua aliran sungai yang deras menawarkan dua pilihan. Pilih kiri atau kanan, tetapi dua–duanya sudah pasti memberikan kesan yang luar biasa.

Mari kita pilih kiri dulu sobat, di sini setelah menyusur sungai sekitar sepuluh menit dari percabangan sungai, alam pun menyuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Bagaimana tidak, air terjun yang mengelurkan suara gemuruh di balik tebing-tebing yang membentuk labirin ini, karenanya ia disebut sebagai air terjun palong.

Air Terjun Teurace Angen

Kembali ke percabangan sungai, di sini merupakan spot yang tepat untuk ngecamp. Kenapa harus buru–buru untuk kembali, jika alam saja masih menginginkan kita bersamanya. Di persimpangan sungai ini menjadi tempat yang cocok untuk bermalam, memulihkan energi untuk besoknya menjelajah lagi, karena untuk menuju ke air terjun ini memiliki track yang sangat ekstrem.

Air terjun terurace angen (Bahasa Indonesia: terpaan angin), adalah yang paling besar di antara lainnya juga memiliki ketinggian lebih kurang 15 meter, dan lebar mencapai 6 meter. Terpaan angin yang sangat kuat membawa terbang butiran air dan membuat tebing–tebing kokoh menjulang tinggi dipenuhi lumut yang sangat tebal. Di sini aku menegaskan, untuk menuju tempat ini harus dipandu oleh yang berpengalaman.

Air Terjun Ateuh

Sudah menjadi sifatnya air, yaitu mengalir dari dataran tinggi menuju dataran rendah. Karena tingkat penasaran tim yang tinggi, kami melanjutkan track ke atas air terjun Teuraceu Angen. Menyusuri track tebing yang curam tibalah kami ke Air Terjun Ateuh (bahasa Indonesia: air terjun atas). Sebenarnya nama air terjun ini aku berikan sendiri tanpa persetujuan tim, hahaha. Ini disebabkan letaknya paling atas, air terjun ini ketinggiannya mencapai 10 meter dan memiliki debit air yang besar.

Demikian penjabaran eksplorasi aku kali ini. Nah, dalam trip ini aku dan tim menghabiskan waktu bercengkerama dengan alam selama dua hari dua malam. Namun, jika tidak berniat untuk bermalam atau camping, hanya membutuhkan sepuluh jam total perjalanan tracking. Dan di sini perjalananku untuk kembali, tidak ada perjalanan yang tidak merindukan pulang (kembali), juga aku akhiri tulisan ini dengan sedikit nasihat alam.

Berpergianlah kamu menyusuri bumi, karena hidup di bumi itu mahal, namun itu semua sudah termasuk mengelilingi matahari setiap tahunnya. Bertualanglah kamu sampai ke ujung bumi, kelak kamu akan menempati bahwa kamu itu begitu kecil, yang besar itu hanyalah nikmat Tuhan.

Jika kamu bersenggama dengan alam, maka lakukan tiga hal: tidak mengambil apa pun kecuali foto; tidak memburu apa pun kecuali waktu; dan tidak meninggalkan apa pun kecuali jejak. Kami menyebutnya etika alam.[]

Penulis adalah seorang gadis Pidie yang hobi memanjat tebing, bertualang di alam liar. Orang-orang menyebutnya sebagai pencinta alam. Artikel ini dipublikasikan di situs AcehTrend.com 26 Juli 2020.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *