Educate a girl, empower a nation
–Queen Rania of Jordan—
If you educate a man you educate an individual, but if you educate a woman you educate a nation.
–Dr. James Emmanuel Kwegyir-Aggrey–
Sekolah adalah tempat kita menimba ilmu, memperoleh Inspirasi dan kekuatan untuk menggerakkan perubahan. Sementara, Rumah adalah “Sekolah” pertama bagi anak-anak, dengan sosok ibu dalam Rumah itu sebagai “mahaguru.” Seorang perempuan yang berpendidikan patut, akan mengusahakan agar anak-anaknya memperoleh pendidikan yang (minimal) sama dengannya. Sebagai guru pertama, perempuan bertanggung jawab menularkan pengetahuan bagi anak-anaknya.
Perempuan yang paham isu lingkungan, dengan demikian, akan menularkan pemahamannya pada anak-anaknya. Seorang anak akan cenderung mematuhi ibunya. Artinya, bila ibunya menanamkan kecintaan dan kepedulian pada lingkungan sejak berusia dini, si anak akan terbiasa bersikap ramah pada lingkungan hidup.
Dan pada gilirannya, anak-anak yang beribukan perempuan sadar lingkungan ini akan dapat menjadi ujung tombak penyuara isu lingkungan hidup. Anak-anaknya akan menjadi “duta besar” yang bisa berbicara dan berbuat langsung untuk kepentingan lingkungan hidup, dengan pengetahuan yang tidak berjarak dengan masalah di kehidupan nyata.
Selain itu, fitrah perempuan sebagai jenis manusia yang paling memiliki kepentingan terhadap lingkungan hidup, membuat mereka dapat menjadi agen ideal dari pencarian solusi masalah lingkungan. Sejak masa purba ketika masyarakat manusia masih terbagi atas kaum pemburu dan kaum pengumpul, perempuan memberi makan anak-anaknya dengan cara bersekutu dengan alam.
Maksudnya, perempuan mengandalkan dan bergantung pada sumber alam sekitar untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan keluarganya. Bila keseimbangan lingkungan terganggu, maka perempuanlah yang akan pertama kali merasakan pukulan hebat pada kelangsungan kesejahteraan hidup diri dan keluarganya.
Hingga kini, ditengah pesatnya kemajuan teknologi serta ganasnya perubahan iklim, di berbagai belahan dunia perempuan masih memesrai alam untuk menjaga kesejahteraan keluarganya. Perempuanlah yang paling berkepentingan atas tersedianya air bersih, lingkungan bebas bencana, dan adanya sumber makanan yang menerus.
Banjir, misalnya, atau ketiadaan sumber air bersih, akan seketika merampas kesempatan perempuan untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan anak-anaknya. Dengan demikian, adalah wajar dan sangat masuk akal bila perempuan mengambil sikap memihak pada usaha-usaha menjaga kelangsungan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
“Perubahan nyata akan terjadi bila kita “berinvestasi” pada perempuan,” ujar Nigel Chapman, CEO Plan International. Katanya, “Setiap tahun, jutaan gadis muda dihalangi untuk memperoleh Pendidikan layak, yang jelas dapat mengubah hidup mereka, juga mengubah dunia di sekitar mereka.”
Bila kemampuan perempuan untuk mengubah dunia di sekitar telah dikuatkan dengan Pendidikan yang baik, maka bukan hanya lingkungan hidup kita ini saja yang akan memperoleh manfaat yang sangat besar, namun juga kelangsungan hidup bangsa-bangsa di dunia.
Saya perempuan. Karena itu saya cinta dan peduli lingkungan.