“Nenek” sebutan dari binatang buas yang hidup di hutan. Kami biasanya menyebut Harimau dengan kata tersebut yaitu Nenek. Dulunya dia menjadi teman dekat manusia, bahkan Kakek dari Ibuku pernah mempunyai teman Harimau yang diberi nama Si Pincang, karena Harimau peliharaannya mempunyai kaki yang pincang. Hampir rata-rata orang di Kampungku dulu mempunyai cerita yang sama bahwa Harimau telah menjadi teman baik Manusia. Tapi itu setengah Abad yang lalu.
Kini Harimau itu bak musuh yang siap menerkam Manusia yang lalu lalang di hadapannya. Masuk ke Kampung memakan ternak Warga, bahkan mencabik-cabik tubuh manusia itu sendiri. Muncul persepsi bahwa Harimau itu jahat, perusak, liar dan membahayakan. Padahal jika ditinjau lebih dalam, Manusia itulah yang merusak habitat Harimau dan satwa liar lainnya. Keserakahan Manusia dalam menjarah hutan membuat ribuan satwa liar kehilangan tempat tinggal mereka.
Aku tinggal di Kabupaten Aceh Selatan, salah satu kawasan yang mempunyai Hutan Leuser. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 276/Kpts-II/1997 tentang penunjukkan Taman Nasional Gunung Leuser terdapat 20.000 hektare Suaka Margasatwa di Kluet Aceh Selatan. Besarnya cakupan leuser yang terdapat di Aceh Selatan tentunya menjadi sumber kehidupan bagi seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten ini, terutama sebagai sumber air. Terdapat banyak sungai yang mengalir ke permukiman warga, sehingga untuk keperluan air bersih tidak perlu bantuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Tapi sekarang lingkungan kami terancam, karena banyak kegiatan ilegal loging yang semakin mendekati hutan ini. Berdasarkan analisis Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAKA) kehilangan tutupan hutan alam (deforestasi) di Aceh pada periode 2014-2015 di Aceh Selatan sebesar 3.061 Hektare.
Melihat fenomena itu tidakah hati ini tergerak untuk peduli terhadap lingkunganku sendiri? Boleh saja aku mengabaikannya dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, tapi perubahan yang terjadi selama ini telah berdampak terhadap lingkungan tempat tinggal kami.
Nyatanya sekarang, telaga yang biasanya tidak pernah kering kini surut, debit air di sungai pun menyusut. Ketika hujan lebat sungai meluap dan memuntahkan airnya sampai ke perkampungan yang mengakibatkan banjir. Lantas haruskah aku tetap diam dengan kondisi seperti ini? Inilah alasanku kenapa aku harus peduli terhadap lingkungan.[]