Akhirnya terulang lagi, kejadian 20 tahun silam yang pernah menimpa Aceh Selatan, yaitu banjir besar yang meluapkan sungai-sungai di sekitarnya. Longsor yang menimbun jalan raya, derasnya arus sungai yang menghanyutkan rumah warga, dan perkampungan ikut terendam juga. Kejadiannya itu di tahun 2002, hal ini saya singgung hanya untuk mengingatkan saja.
Kamis, 1 September 2022 tepat menjelang siang, alam kembali murka. Aliran sungai yang semula jernih berubah pekat seketika, meluap memasuki rumah warga hingga menggenangi jalan raya. Tak kuat tanah menahan debit air, longsor pun terjadi menutupi bagian jalan dengan berbagai meterialnya. Jembatan yang semula kokoh, mau tak mau harus menyerah karena kuatnya tekanan air yang akhirnya membuatnya ambruk juga.
Ketika musibah itu terjadi banyak yang berasumsi mengeluarkan opini akan sebab musabab banjir terjadi. Dulu di tahun 2002, belum ada yang namanya internet dan gadget. Jadi, persoalan penyebab banjir hanya menjadi obrolan di warung kopi atau gosip antartetangga saja. Kalau pun ada berita di koran, hanya mengabarkan tentang dampak banjir dan kerugian yang ditimbulkan. Sedangkan cerita mistis di balik itu hanya beredar di masyarakat setempat, setelah itu hilang dengan sendirinya.
Namun, seingat saya sebelum banjir tahun 2022, tidak ada pergelaran konser sama sekali, toh saat itu masa konflik Aceh, tapi banjir tetap terjadi.

Konser Jadi Tersangka Banjir
Saya menyaksikan kejadian banjir Aceh Selatan dua hari yang lalu melalui kiriman video teman-teman karena saya berada di Banda Aceh. Ingatan langsung terbayang saat banjir di tahun 2002 lalu. Hampir setiap status Whats App (WA) teman-teman saya di kampung memposting video banjir. Saya ikuti satu persatu untuk melihat kondisi banjir di sana. Selang beberapa waktu, sudah ada video yang menggabungkan video konser Festival Pesona Barat Selatan dengan kejadian banjir.
Video itu seolah-olah menuding konser tersebutlah penyebab dari bala banjir yang terjadi. Terlebih ditambah dengan putaran lagu sedih dari Rafly Kande membuat bulu kuduk merinding. Entah siapa yang mengedit video itu, hingga banyak masyarakat yang mempercayainya. Mulailah bermunculan di postingan WA teman-teman video konser sebagai penyebab dari banjir.
Ada yang menuliskan bahwa ini azab karena membuat konser di negeri bertuah. Ada pula yang menuliskan #PesonaAcehSelatan (No) #PesonaBala (Yes). Beberapa diantaranya menyebut bahwa sehari setelah konser terjadi banjir pertanda bala, dan lainnya. Kemudian diperparah dengan beredarnya foto dan video hoax yang dibuat oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
Video banjir mobil hanyut dari daerah lain, dibilang kejadian di Tapaktuan. Video air tergenang di sawah disebut Lapangan Naga, lokasi pergelaran konser di acara Festival Barat Selatan. Dan berbagai macam muncul opini dan asumsi orang terkait banjir yang terjadi. Anehnya itu dipercaya banyak orang dan disebarluaskan tanpa ada upaya menyaring berita yang masih menjadi opini itu.
Kalau menurut saya, sungguh literasi kebencanaan kita masih sangat rendah.
Penyebab Banjir
Jika kita runut satu persatu penyebab banjir menurut ilmu pengetahuan, bahwa banjir terjadi karena kurangnya keberadaan pohon, curah hujan yang tinggi, air sungai yang meluap, dan tertutupnya saluran air. Tidak ada satu pun penyebabnya karena konser. Toh kalau seandainya penyebabnya konser, Banda Aceh akan lebih sering terjadi banjir karena sebentar-sebentar mengadakan konser. Bahkan orang di Jakarta sana akan tenggelam karena banyaknya pergelaran konser.

Apa yang paling memungkinkan banjir terjadi? Menurut opini saya ialah kurangnya keberadaan pohon karena ditebang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Empat bulan lalu saat saya pulang kampung, tepatnya di Samadua Aceh Selatan, saya melihat beberapa gunung yang ada di sana sudah gundul karena pembukaan lahan. Namun sepintas saya lihat, tak ada yang mempersoalkan. Bahkan saya ngeri sendiri mengingat dapak yang terjadi di kemudian hari.
Lain lagi dengan aliran sungai yang penuh dengan sampah. Pernah di tahun 2017 lalu, saya dan teman-teman dari Komunitas Perempuan Peduli Leuser (PPL) melakukan wawancara kepada warga yang tinggal di sekitar aliran sungai dan pantai di Samadua dan Tapaktuan Aceh Selatan. Semua warga yang kami wawancara mengatakan membuang sampah ke sungai dan ke laut. Alasannya karena tidak ada tempat pembuangan sampah akhir, sehingga memilih membuangnya ke sungai atau laut.
Dari pantauan kami di beberapa sungai yang ada di Aceh Selatan tepatnya di daerah Tapaktuan dan Samadua didominasi oleh sampah rumah tangga, seperti popok, bungkusan makanan, plastik dan sebagainya. Akibatnya aliran air sungai yang semula dalam, menjadi dangkal karena banyaknya sampah yang masuk ke sungai. Nah, ketika curah hujan tinggi seperti beberapa hari terakhir, sungai pun meluap hingga mengakibatkan banjir.
Hutan yang awalnya berfungsi untuk menyerap air ke dalam tanah ketika curah hujan tinggi tidak ada lagi karena sudah dibabat oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Ditambah dangkalnya sungai akibat sampah menjadi kemungkinan terbesar penyebab banjir. Bukan karena perkara konser.
Nah, sampai di sini saya kira cukup mengerti bagi orang yang berilmu dan menggunakan akalnya.

Semoga ke depan kita bisa bertanggung jawab terhadap alam, menjaganya dengan benar, mengawasinya dari orang-orang yang merusak hutan.
Sebelum kita menuduh sebuah pergelaran menjadi tersangka penyebab maksiat, introspeksi dulu perilaku harian kita. Jangan-jangan kitalah pelaku maksiat sebenarnya, tapi kita tidak sadar melakukannya karena dianggap hal biasa.
Pesan untuk penguasa dan pengusaha, ingatlah alam punya titik jenuhnya. Jangan demi fulus illegal loging jadi mulus, pengelolaan sampah tak terurus, dan tambang emas bertambah terus. Bila alam sudah murka, tunggulah bencananya.
Yelli Sustarina | Perempuan Peduli Leuser | Anggota Forum Aceh Menulis Banda Aceh
2 tanggapan untuk “Hutan yang Ditebang, Konser yang Disalahkan”
Telah nampak kerusakm di darat dan di laut, disebabkan oleh tangan ma usia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebahgian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke. Jalan yang benar,
( Al Qur’an surat Ar Rum Ayat 41)
Dan musibah apa saja yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebahagia besar dari keslahan kedalajanmu. (QS Sy syura ayay 30)
Telah nampak kerusakm di darat dan di laut, disebabkan oleh tangan ma usia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebahgian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke. Jalan yang benar,
( Al Qur’an surat Ar Rum Ayat 41)
Dan musibah apa saja yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebahagia besar dari keslahan kedalajanmu. (QS Sy syura ayay 30)