Kategori
Keamanan Holistik Edukasi Hak Asasi Manusia

Seberapa Penting Keamanan Holistik Bagimu?

HARI sudah gelap ketika saya tiba di Hotel Renggali Takengong pada Minggu, 11 Agustus 2024. Gigil udara pegunungan berselimut rintik hujan memasuki relung pakaian ketika saya turun dari mobil setelah menempuh sekitar delapan jam perjalanan dari Banda Aceh. Setelah mendapatkan kunci kamar dari resepsionis, saya bergegas menuju kamar. Di hotel tersebut, Pelatihan Keamanan Holistik untuk Aktivis dan Jurnalis selama lima hari ke depan akan digelar oleh tim panitia yang berasal dari Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA).

Berhubung belum makan malam, setelah meletakkan barang-barang di kamar, saya keluar menuju restoran hotel (resto) yang berjarak sekitar 20 meter. Letak antara gedung utama penginapan dan resto terpisah. Sesampainnya di resto, saya langsung mengambil makanan lalu duduk satu meja dengan Resqi dan Jal, peserta pelatihan lainnya.

“Kami sudah selesai makan nih kak,” ucap Resqi. Begitu juga dengan Jal, makanan di piring sudah habis disantapnya. Wajar saja mengingat perjalanan jauh yang kami tempuh tentu menguras tenaga. Alhasil perut kami pun keroncongan jadinya.

Sembari menyantap hidangan, saya melihat banyak wajah baru yang belum saya kenali di ruangan tersebut. Saat itu saya yakin bahwa mereka juga bagian dari peserta pelatihan. Kami tidak saling sapa karena belum mengenal satu sama lain. Kemudian setelah mengobrol singkat bersama Resqi dan Jal, kami pun beranjak ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Sebab rasa kantuk tak lagi bisa ditahan dan badan butuh direbahkan.

Sebelum tidur, demi kemanan, saya mengecek seluruh sudut ruangan kamar yang ditempati. Sebab setiap peserta difasilitasi sebuah kamar untuk seorang diri.

Ternyata di kamar tersebut tidak ada daftar nomor telepon yang bisa dihubungi. Adanya cuma lembaran menu makanan beserta harganya. Lantas, saya teringat panitia pernah mengirimkan Satuan Operational Prosedur (SOP) selama pelatihan. Lalu SOP itu saya pun baca-baca kembali sembari mencatat nomor panitia yang bisa dihubungi jika diperlukan sewaktu-waktu nanti.

Perkenalan Diri

Hari pertama pelatihan Keamanan Holistik dimulai pada Senin, 12 Agustus 2024. Sebanyak 13 orang peserta dari berbagai lembaga dan komunitas ikut serta. Mereka berasal dari kalangan aktivis dan jurnalis yang tentunya sering dihadapkan dengan persoalan keamanan ketika melakukan advokasi atau memberitakan isu-isu riskan. Inilah salah satu alasan pelatihan ini diadakan, untuk menjaga keamanan diri para aktivis dan jurnalis. Sebab sebagai jurnalis, saya dan teman-teman perempuanleuser.com selalu sepakat terkait prinsip bahwa:

Tidak ada berita seharga nyawa.

Pada sesi perkenalan diri, kami diminta untuk mendeskripsikan diri masing-masing dengan menggambarkan objek atau benda. Saya menggambar laut dan langit yang bewarna biru, sesuai warna favorit saya. Kebetulan saya mengenakan pakaian serba biru juga saat itu.

Keindahan Lut Tawar, Takengon

Langit merupakan simbol kebebasan dan potensi tak terbatas dan laut mewakili pesan petualangan, ketenangan, dan kekuatan. Meskipun dua hal ini terkesan bertolak belakang, tapi saling melengkapi. Adapaun warna biru mengandung makna kesetiaan, kecerdasan dan percaya diri dalam kehidupan, sehingga menjadi harapan untuk banyak orang.

Simbol-simbol tersebut cukup mewakili karakter saya yang menyukai kebebasan, tak ingin dikekang oleh batasan-batasan tertentu yang menekan. Sekalipun saya berstatus sebagai ibu rumah tangga, bukan berarti saya tidak bisa melakukan banyak hal. Sebab dari dulu saya suka berpetualang. Karena dengan itu saya bisa menulis banyak hal yang bisa memberi ketenangan, kedamaian, dan kekuatan di hidup saya.

“Jangan kukung dirimu karena keadaan yang kau rumitkan. Status bukan jadi alasan sebagai penghalang menggapai kebebasan. Banyak hal yang bisa kau lakukan, bila kau menganali diri.”

Beruntung saya memiliki suami yang memahami kehidupan saya. Dia memberi ruang gerak seluas-luasnya selama itu berbentuk kegiatan positif dan bermanfaat. Namun dua hal yang harus saya jaga, yaitu kepercayaan dan keterbukaan. Itulah moto yang kami pakai dalam menjalani hubungan sehingga kesetiaan tetap selalu ada di hati kami berdua.

“Kenyamanan dalam sebuah hubungan ketika pasangan tidak membatasi gerak. Bersama saling dukung untuk menggapai bahagia.”

Lalu seiring sejalan dan saling mengisi. Karena hidup sebagai perempuan bukan selalu mengalah dengan keadaan. Jadi perempuan harus paham akan keadaan tanpa mau diintimidasi.

Selesai menggambarkan deskripsi diri, masing-masing peserta kemudian memperlihatkan gambar yang dibuat dan bercerita tentang dirinya. Begitu juga dengan panitia, mereka juga ikut memperkenalkan diri. Perkenalan diri dengan cara seperti ini, menurut saya tergolong unik. Kita jadi mengetahui banyak informasi dan karakter dari peserta lainnya melalui media gambar yang mereka buat.

Selesai sesi perkenalan diri, kemudian dilanjutkan penyampain informasi keamanan tempat oleh pihak hotel. Di sini dijelaskan tentang titik kumpul evakuasi bila terjadi bencana, dan pintu keluar dari ruangan ini bila keadaan gawat terjadi. Begitu juga bila butuh suatu hal bisa menghubungi nomor telepon di angka ‘nol’ via telepon yang ada di kamar masing-masing atau menghubungi via WhatsApp ke nomor yang diberikan pihak hotel.

Selanjutnya peserta dan panitia membuat kesepakatan terkait Do & Don’t (hal apa saja yang boleh dan tidak boleh) dilakukan di ruangan selama pelatihan berlangsung. Kemudian, peserta juga menuliskan harapan yang ingin dicapai setelah mengikuti pelatihan tersebut.

Demi keamanan, kami sepakat selama pelatihan berlangsung, tidak ada dokumentasi yang dilakukan oleh peserta. Kemudian apapun aktivitas dan percakapan yang terjadi di dalam di dalam ruang selama pelatihan berlangsung untuk tidak terpublikasikan ke pihak luar.

Di antara banyaknya harapan pelatihan, saya mencantumkan harapan untuk menuliskan pengalaman dan pengetahuan yang saya peroleh selama mengikuti pelatihan tersebut. Saya rasa penting untuk menyebarluarkan informasi terkait Keamanan Holistik kepada publik.

Apalagi panitia sudah menyediakan fasilitas yang begitu aman dan nyaman untuk kami, para peserta. Bahkan seluruh biaya transportasi dan akomodasi selama pelatihan juga disedia. Oleh karenanya, tulisan ini merupakan bagian dari rasa syukur. Saya mencoba membagikan segelintir informasi dari luasnya pengetahuan yang saya peroleh selama mengikuti pelatihan Keamanan Holistik bersama Yayasan HAkA.

Untuk Apa Belajar Keamanan Holistik?

Ketika Kak Alifi—salah satu pemateri—menyebutkan kata Holistik, ingatan saya terlempar ke saat saya mempelajari Keperawatan Holistik semasa kuliah dulu. Keperawatan Holistik adalah bentuk keperawatan yang dilakukan secara menyeluruh menyangkut bio, psiko, sosio, dan spiritual yang dilakukan perawat kepada pasien. Dengan demikian, Keamanan Holistik dapat dimaknai sebagai proses keamanan yang dilakukan secara menyeluruh.

Ada tiga domain utama yang dibahas dalam Keamanan Holistik, yaitu Keamanan Fisik, Keamanan Digital, dan Keamanan Psikososial. Lantas, apa pentingnya belajar Keamanan Holistik untuk para aktivis dan jurnalis? Keamanan Holistik penting diketahui oleh aktivis dan jurnalis karena ruang gerak mereka mempunyai banyak risiko, yang bahkan bisa mengancam nyawa.

Dalam dunia jurnalis, terdapat slogal, “Tidak ada berita seharga nyawa.”. Itu artinya dalam melaksanakan tugas jurnalistik, jurnalis harus mengutamakan aspek-aspek keselamatan. Demikian juga dengan aktivis. Jangan sampai karena ingin mengadvokasi suatu hal, hingga lupa akan keamanan diri yang bisa berdampak buruk bagi kehidupan; baik fisik, digital, maupuan psikososial.

Analisis dan Penilaian Risiko

Risiko adalah segala kemungkinan yang diperkirakan dapat terjadi pada seseorang. Risiko terbentuk dari gabungan kerentanan dan ancaman.

Kerentanan dapat diartikan sebagai sekumpulan kondisi dan/atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan. Ancaman ialah suatu kondisi—secara alamiah maupun karena ulah manusia—yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa.

Risiko akan terjadi bila adanya kerentanan ditambah dengan ancaman. Semakin besar atau banyak kerentanan dan ancaman, maka risiko yang dihadapi pun semakin tinggi. Kerentanan ini bisa dari manusia, alat, atau pun lingkungan sekitarnya.

Dalam analisis dan penilaian risiko, ada empat hal yang harus dilakukan, yaitu identifikasi, analisis dan penilaian, mitigasi, dan pemantauan.

Identifikasi risiko merupakan pencatatan yang dilakukan untuk mengetahui kemungkin risiko yang terjadi dalam mencapai sebuah tujuan. Setelah itu, kita menganalisis dan menilai sejauh mana kemungknan risiko itu dapat terjadi.

Untuk menilai sebuah risiko, perlu menentukan penyebab utama sebuah masalah dan mencari penyelesaiannya (mitigasi). Caranya dengan menentukan spesifikasi masalah, mengumpulkan data, menentukan faktor penyebab terjadinya risiko, dan menentukan faktor penyebab utamanya.

Sangat penting bagi aktivis dan jurnalis menganalisis dan menilai risiko sebelum melakukan kegiatannya. Terutama untuk kegiatan berisiko tinggi seperti saat melakukan liputan investigasi dan advokasi terkait kasus pertambangan yang merusak alam dan lingkungan. Disebabkan ada banyak hal yang harus dihadapi. Sehingga selalu ada kemungkinan yang dapat mengancam keselamatan holistik.

Materi manajemen risiko ini diberikan oleh Bang Tezar dengan tujuan agar peserta mampu mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman dan kerentanan. Oleh karenanya, diperlukan mitigasi (pencegahan risiko) melalui cara-cara berikut; mentransfer, mengurangi, menghindari, dan menerima.

Dalam matrik risiko disebutkan bila probalitas alias peluang suatu peristiwa akan tinggi, maka dampak yang dihasilkannya pun tinggi. Melalui matrik risiko, aktivis dan jurnalis dapat menilai sejauh apa sebuah risiko dapat diterima, dapat diterima dengan mitigasi, atau tidak dapat diterima sama sekali.

Dalam contoh kasus mitigasi yang ditransfer, misalnya pada seseorang yang sedang mengalami burn out dalam pekerjaan, dan bila tetap dilanjutkan akan berdampak pada kesehatan mentalnya. Namun, di lain sisi, dia harus tetap menyelesaikan tugas tersebut. Jadi untuk mengantisipasi risiko yang terjadi pada dirinya, orang tersebut mengtransfer tugas tersebut ke rekan kerja lainnya.

Pilihan risiko dapat ditentukan berdasarkan kemampuan seseorang mengenali dirinya (materi kesadaran diri dijelaskan pada tulisan berikutnya). Sehingga dia paham tentang risiko yang mungkin terjadi beserta mitigasinya. Risiko dapat diminimalisasi setelah dilakukan identifikasi, analisa dan penilaian terhadap risiko tersebut.

Pelatihan di hari pertama ini cukup melelahkan tetapi diskusi begitu hidup karena adanya berbagai pemikiran kritis dan argumentasi dari para peserta dari lintas profesi dan keilmuan. Sehingga proses interaksi antara pemateri dan peserta bukan sekadar transfer ilmu, tapi juga membangun dialok aktif berbasis pengalaman lapangan sehari-hari.

Demikian cerita singkat untuk tahap pertama. Nantikan ulasan kisah pelatihan Keamanan Holistik selanjutnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *