Kategori
Literasi Kesehatan Jurnalisme Warga

Vaksinasi sebagai Refleksi Rasa Syukur

Saya merasa senang sekali karena terpilih sebagai salah seorang peserta workshop dan mentoring Jurnalis Warga bertema Memperluas Literasi Kesehatan Melalui Jurnalisme Warga pada Sabtu-Minggu, 19-20 Februari 2022.

Pelatihan yang mencakup tentang ‘literasi kesehatan di masa pandemi’ itu, menghadirkan pemateri yang kompeten di bidangnya. Awalnya saya kurang percaya diri, disebabkan kemampuan literasi yang masih rendah terutama di bidang penulisan. Ditambah lagi, jujur saya akui bahwa saya belum divaksinasi dengan alasan ingin menyiapkan kondisi badan agar fit dan prima dulu sehingga ketika divaksinasi berjalan aman.

Namun, dalam suasana pelatihan yang penuh ‘warna’ itu, baik perbedaan usia, latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan talenta, kami seluruh peserta diberikan bimbingan dan dukungan yang sangat baik. Selain dibimbing bagaimana menjadi jurnalis atau reporter warga, juga mendapat pemahaman yang baik tentang kesehatan di masa pandemi Covid 19 ini.

Satu hal yang berkesan iaalah ketika pemateri seorang perempuan praktisi kesehatan dan juga penulis,memberikan dorongan kepada saya, “Jangan takut divaksin, ya. Karena semua orang bisa divaksin dengan treatment (pemeriksaan dan persiapan) yang benar,” begitu ucapnya.

Motivasi diri

Penulis di lokasi vaksinasi Museum Aceh

Selama ini memang berita tentang vaksin yang berseliweran di media sosial simpang siur, terutama di grup WhatsApp yang saya punya. Mendukung dan menolak vaksin dan saling sahut. Namun, hari ini, Selasa, 1 Maret 2022, berbekal motivasi diri yang didapat dari pelatihan, saya bertekad dan bersiap untuk vaksinasi.

Matahari agak malu menampakkan diri, cuaca sedikit mendung, tapi tidak hujan. Saya tiba di gedung Museum Aceh, tempat pelaksanaan vaksinasi sekitar pukul 15.00 WIB. Sejak tanggal 13 Januari 2022 lalu, Pemerintah Aceh telah memindahkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 Banda Aceh Convention Center ke Museum Aceh. Suasana lingkungan museum yang asri memacu semangat saya. Dalam ruangan ada empat spot vaksinasi, yakni spot Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA), Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), Rumah Sakit Kesdam, dan RS Bhayangkara.

Saya sempat sejenak berdiskusi dengan petugas. “Ada dua vaksin yang tersedia, Pak. Moderna dan Pfizer,” katanya.

Moderna adalah vaksin yang diproduksi oleh Moderna TX, USA Amerika serikat, dan sejak tanggal 2 Juli 2021 telah mengantongi izin penggunaan darurat (emergency use authorizm-EUA) oleh Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM). Sedangkan Pfizer telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM sejak tanggal 14 Juli 2021. Pfizer merupakan produksi gabungan Pfizer, sebuah perusahaan farmasi Amerika Serikat dengan menggandeng BionTech, perusahaan dari jerman (penelusuran Google), mantap bukan!

Lebih lanjut petugas menjelaskan bahwa jika tekanan darah masih di bawah 180, maka vaksinasi masih aman dilakukan. Dan juga kedua vaksinasi telah disuntikkan pada ribuan orang dengan baik dan aman. Jadi masyarakat diimbau tidak pilih-pilih vaksin.  Hanya saja biasa efeknya sedikit pegal dan demam. Penjelasan petugas itu, membuat keresahan saya hilang dan saya memutuskan memilih vaksin Pfizer. Sebelumnya tekanan darah saya diukur dan dinyatakan aman untuk divaksinasi.

Lega sekali rasanya setelah divaksinasi, hanya terasa agak pegal di lengan bekas suntikan, tapi stamina menjadi berlipat. Dokter yang ramah berujar, “Jangan lupa datang ke vaksin kedua ya, Pak. Paling cepat 21 hari setelah vaksin pertama ini” .

“Siap, Pak!” jawab saya semangat.

Dengan bangga saya memajang foto di media sosial, seolah menyatakan, ‘Saya telah menunaikan kewajiban sebagai warga negara yang baik.” Ufh… sekian lama menanggung keraguan usai sudah akhirnya.

Selalu baik pada diri sendiri dan pada orang lain, demikian ujaran salah seorang pemateri di bidang jurnalistik.  Melakukan vaksinasi adalah salah satu kebaikan yang kita hadiahkan kepada diri sendiri.

Dengan demikian tubuh akan lebih kuat menolak penyakit. Menurut sumber yang sahih, dalam masa pandemi ini, orang-orang yang terkena Covid-19 hampir semuanya yang belum pernah divaksinasi. Selain itu, ketika kita sudah divaksinasi dan merasakan manfaatnya, bisa berbagi cerita pengalaman sendiri, serta mengajak orang-orang di sekeliling untuk ikut divaksinasi. Baik itu keluarga sendiri, teman sejawat, sanak famili, dan orang-orang di sekeliling.

“Coba lihat saya yang sudah vaksin, merasa lebih fit dan semangat dalam menjalani keseharian. Ayo ikut vaksin!!”

Demikianlah kebaikan yang dapat kita bagikan kepada orang lain.

Satu kebaikan akan dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda dan vaksinasi adalah refleksi rasa syukur dari segala kebaikan itu.[]

Ditulis oleh Rahmat M, Jurnalis Warga Banda Aceh

Satu tanggapan untuk “Vaksinasi sebagai Refleksi Rasa Syukur”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *