Kategori
Literasi Kesehatan Jurnalisme Warga

Vaksinasi Pada Individu Rentan Penting untuk Meminimalisir Risiko

Banda Aceh — Selama ini banyak orang yang memutuskan sepihak untuk tidak melakukan vaksinasi Covid-19 karena menyadari dirinya memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Padahal, yang bisa menentukan seseorang dengan komorbid bisa divaksinasi atau tidak ialah dokter atau tenaga kesehatan setelah dilakukan screening kepada yang bersangkuatan. Justru orang-orang dengan penyakit penyerta ini sangat membutuhkan vaksinasi karena mereka masuk dalam kelompok masyarakat rentan Covid-19.

“Apa yang dimaksud dengan masyarakat rentan?” kata Health Officer Unicef Perwakilan Aceh, dr. Dita Ramadonna, dalam diskusi publik bertajuk Memperluas Cakupan Vaksinasi Covid-19 kepada kelompok rentan yang diselenggarakan oleh KJW Banda Aceh di Aula Klinik PKBI Aceh di Banda Aceh, Selasa, 8 Maret 2022.

“Kita perlu memahami dulu bahwa ketika bicara Covid-19 maka yang dimaksud dengan masyarakat rentan berarti mereka yang berisiko tertular dan apabila terkena Covid-19 dampaknya bisa lebih parah,” kata dr Dita.

Terkait indikator masyarakat rentan, ia memaparkan ada beberapa kriteria. Selain individu dengan komorbid juga termasuk anak-anak, orang tua/lansia, ibu hamil, disabilitas, orang dengan autoimun, termasuk juga orang dengan obesitas yang body mass index-nya di atas 27kg/m2. Masyarakat dalam kelompok rentan ini juga perlu mendapatkan prioritas untuk vaksinasi untuk mencegah terjadinya risiko kematian, mencegah sakit berat, mencegah sakit ringan, dan mencegah transmisi atau penularan.

Namun, bagi kelompok rentan ini memang memerlukan prosedur khusus sebelum divaksinasi. Misalnya, bagi mereka yang memiliki komorbid hipertensi atau asma, maka mereka baru boleh disuntik vaksin setelah tekanan darahnya atau asmanya stabil. Begitu juga pada orang yang memiliki riwayat diabetes, maka suntikan vaksin dilakukan apabila tidak sedang dalam kondisi gula darah yang tidak terkontrol.

Bukan hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa ada kalanya vaksin tidak cukup hanya sekali, tetapi memerlukan suntikan kedua atau ketiga yang disebut dengan booster. Vaksin pertama disebut dengan suntikan primer dan antibodi yang terbentuk biasanya masih sedikit sehingga memerlukan booster untuk membentuk antibodi sekunder yang lebih kuat.

“Untuk booster atau suntikan kedua, vaksin yang diberikan boleh sama, boleh juga berbeda, misalnya suntikan pertama dan kedua dengan Sinovac, saat booster bisa menggunakan Moderna,” katanya.

Secara komunal vaksinasi juga dibutuhkan untuk membentuk kekebalan kelompok yang sangat berguna untuk melindungi individu yang tidak bisa divaksin, memutus mata rantai, dan akhirnya mengubah epidemiologi penyakit atau mengeliminasi/eradikasi. Dengan vaksin, kita sama-sama menjaga lingkungan, maka semakin banyak orang yang terlindungi,” katanya.

Diskusi publik ini juga menghadirkan narasumber dari unsur masyarakat yaitu Saprina Siregar. Dalam kesempatan yang sama perempuan yang akrab disapa Bunda Ina ini memaparkan berbagai informasi di masyarakat terkait penerimaan vaksin. Salah satunya kata dia, banyak masyarakat yang membutuhkan sertifikat vaksin untuk keperluan administrasi, tetapi sayangnya mereka sendiri malah menolak vaksin.

Di sisi lain kata dia berbagai hoaks yang berkembang telah membuat masyarakat bingung mengenai program vaksin ini. Ia berharap tenaga kesehatan selaku pihak yang berada di garda utama dalam memerangi Covid-19 bisa terus mengedukasi masyarakat agar semakin sadar bahwa vaksin sangat diperlukan agar pandemi segera berakhir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *