Kategori
Perempuan Berdaya

Nuraini, Teungku Inong Modern Pendiri Balee Beut Kawasan Kampus

Empati dan peduli menjadi acuan penting untuk menjalani hidup dengan baik, terutama di era modern. Sikap-sikap itulah yang membuat kehidupan masyarakat tetap hangat. Kehidupan sehat yang jauh dari paradigma sosial berupa serangan kesepian (loneliness). Secanggih apa pun kehidupan, sebagai makhluk sosial, sejatinya setiap manusia tetap saling membutuhkan; memahami-dipahami, mencintai-dicintai, menolong-ditolong. Prinsip hidup semacam itulah yang tercermin jelas dalam keseharian aktivitas Nuraini Anazy S.Pd., yang akrab disapa Ummi Tet.

“Sedang bersiap-siap untuk takziah. Salah seorang warga baru berpulang ke Rahmatullah,” ujar Nuraini saat saya temui di kediamannya pada Minggu siang, 11 April 2021. Sebagai seorang perempuan berpengaruh di Gampong Rukoh, Banda Aceh, jadwal kegiatan Nuraini tergolong cukup padat. Setelah 24 tahun hidup di desa ini, Ummi Tet menjadi sangat melebur dengan masyarakat.

Penyuluh Kementerian Agama Non-PNS di Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, ini mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk mendidik dan membina masyarakat akan ajaran Islam. Sebagai pemimpin keagamaan perempuan, Ummi Tet menjadi tempat berlabuh bagi ibu-ibu yang ingin memperdalam pengetahuan agama dan memperbagus bacaan Quran mereka. Tak hanya itu, sikap Ummi Tet yang supel ternyata juga menarik minat banyak anak muda, terutama mahasiswa, untuk ikut belajar mengaji di Balai Pengajian Al-Ikhlas yang ia dirikan. Apalagi, ia tinggal di kawasan Kota Pelajar Mahasiswa Darussalam sehingga mudah diakses oleh mahasiswa yang kuliah di sejumlah perguruan tinggi yang ada di sana.

Balee ngaji ini aktif sejak 2010. Awalnya untuk mengajarkan anak sendiri. Saya ngajar ngaji di TPA juga. Namun, masih ada masyarakat yang minta diajarkan ngaji di rumah,” jelas ibu tiga anak tersebut. Pengajian ini berjalan karena banyaknya permintaan, baik dari kalangan ibu-ibu maupun mahasiswa.

Para ibu, suami, dan anak-anak mereka ingin belajar mengaji tapi malu atau takut berguru ke teungku di dayah. “Di sebagian dayah kan masih menggunakan metode memukul dengan rotan saat mengajar. Memang ada murid yang cocok seperti itu, tapi ada juga yang tidak kan. Kalau saya, tetap menggunakan metode Iqra walau mengajar di balee beut (balai pengajian). Pembelajaran tajwidnya juga saya sesuaikan dengan kebutuhan,” jelasnya.

Teungku Inong Modern

Walau menyandang predikat sebagai tokoh agama perempuan, Ummi Tet selalu bersikap ramah dan enggak neko-neko. Hal tersebut membuatnya mudah dekat dengan masyarakat dari beragam latar belakang dan usia. Dari orang dewasa, remaja, hingga kanak-kanak. 

Nuraini sendiri berpendapat bahwa tata cara penyampaian ilmu pengetahuan agama kini harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan personal. Sehingga masyarakat tidak takut dan tetap berminat untuk belajar. “Kita dulu, kalau enggak dipukul, enggak bisa. Kini beda. Anak-anak sekarang jika dipukul, besoknya enggak datang lagi,” papar Ummi Tet.

Selain program mengaji secara tatap muka, Nuraini juga membuka kelas belajar tajwid secara daring melalui gawai. Hal itu dilakukannya untuk menjangkau masyarakat lebih luas. Terutama bagi mereka yang berada di luar wilayah Banda Aceh. Program tersebut tentunya membantu masyarakat berkonsultasi mengenai bacaan Al-Qur’an dengan lebih fleksibel.

Kunjungan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala ke Balai Pengajian Al-Ikhlas

Nah, adapun di kalangan mahasiswa, motivasi mereka belajar mengaji agak sedikit berbeda. Disebabkan ketidaklancaran membaca Al-Qur’an, para mahasiswa jadi tidak lulus program Tahsin. Secara otomatis, walau sudah lulus sidang skripsi, ijazah mereka tetap ditahan sementara oleh pihak kampus. “Sebenarnya UIN Ar-Raniry sudah punya wadah untuk belajar mengaji, cuma terkadang anak-anaknya memang kurang usaha. Biasanya mereka kesulitan karena enggak punya dasar ilmu. Mungkin karena logat daerahnya kan. Melafalkan 29 huruf hijaiah pun mereka kesulitan. Jadi harus di-peutakteh (tuntun).”

Di tengah padatnya kesibukan Nuraini dari pagi hingga malam; sebagai Penyuluh Kementerian Agama Non-PNS, pemimpin wirid Yasin Majlis Ta’lim, pengajar Al-Qur’an di TPA dan Diniah, dan panitia MTQ, nyatanya kegiatan balee beut di rumahnya tetap saja eksis. Pengajian itu digelar empat malam dalam sepekan, dari Senin hingga Kamis. Selepas magrib adalah waktu anak-anak belajar mengaji. Adapun bakda isya waktunya para dewasa dan orang tua. Semua usaha baik itu tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan orang-orang tercinta. “Untuk pengajaran Iqra saya dibantu oleh kedua orang anak laki-laki saya. Jika yang hadir tidak ramai, maka mengajinya satu per satu. Kalau ramai, kita pakai metode tadarus bergantian. Jika bacaannya salah, langsung kita perbaiki.”

Untuk pembelajaran Quran di balee beut ini, Ummi Tet sama sekali tidak mematok harga untuk jasanya. Siapa pun umat Islam yang ingin belajar diterimanya. Karena keterbatasan waktu dan jarak, terkadang banyak juga masyarakat yang datang mengaji bukan pada waktu yang semestinya. Sembari dia memasak di dapur atau menggosok baju di siang hari. Atas dasar keinginan belajar agama, Ummi Tet dengan ikhlas meluangkan waktunya. ”Pembayaran suka rela. Tidak ada patokan. Terkadang ada yang membawa sayur-sayuran dari kampung. Alhamdulillah, kita terima. Insyaallah tetap kita ajarkan walau tidak dibayar. Nanti Allah kasih rezeki lain yang tidak kita sangka-sangka,” jelasnya semringah.

Kemudian, bagi Nuraini, tidak ada yang namanya kegagalan dalam mengajarkan Al-Qur’an. Walau harus melalui proses yang panjang, ia yakin setiap orang Islam akan lancar mengaji selama dia punya kemauan. “Kalau yang gagal tidak ada, cuma lama. Ada yang sampai tiga tahun baru bisa. Tapi ada juga yang tiga bulan sudah bisa baca Quran padahal awalnya Iqra pun tidak mengerti. Semua tergantung tekad, ya. Kalau mau belajar, semua bisa,” kenang Teungku Inong ini.

Ummi Tet menyerahkan hadiah di TPA An-Nur Sabilussalam

Di akhir pertemuan, perempuan kelahiran Sigli 1972 ini menceritakan bahwa awalnya dia memang pernah belajar mengaji di dayah-dayah kecil di kampungnya. Namun, ayahnyalah yang menjadi sosok utama dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam padanya. “Saya belajar dari Bapak. Beliau seorang petani biasa tapi pintar bertajwid dan tilawah. Dulu ada siaran khusus di radio tentang tajwid. Saya duduk di pangkuannya, menyimak bersama Bapak.”

Tampaknya, keberhasilan pola pengasuhan sang ayah telah menjadikan Nuraini sukses menjalani kehidupannya. Dia bisa mengelola waktunya secara bijak. Di balik beragam aktivitasnya yang cukup padat, dia tetap mampu mencurahkan segenap perhatian untuk keluarga tercinta. Tak heran, bimbingan yang ia berikan untuk para buah hati telah membawa mereka mengukir prestasi sejak dini. Bahkan Ummi Tet sendiri berhasil terpilih sebagai pemenang lomba pola asuh terbaik ibu dan anak. Sungguh sebuah perjalanan karier keperempuanan yang mengagumkan dan tentu patut dijadikan contoh teladan.[]

32 tanggapan untuk “Nuraini, Teungku Inong Modern Pendiri Balee Beut Kawasan Kampus”

Teruskan perjuangan yg mulia ini ummi Tet, saya sangat bangga kpd ummi tet krn sosok yg tdk pernah sombong Dan angkuh. Padahal brapalah penghasilan jadi seorang ustzah apalagi bale kampung biasa akan tetapi krn ini tujuan bukan utk mencari kekayaan tdk lain Satu satu nya membina umat dan anak bangsa. Semoga sukses terus ummi Tet dlm mendidik generasi pada jln agama Allah.

Alhamdulillah… Teungku Inong selama ini jarang disorot, padahal kemampuan dan dedikasi mereka luar biasa … Semoga ummi sehat selalu dan dapat berkonstribusi untuk Aceh, InsyaAllah.

Alhamdulillah semoga sukses terus umi tet, dalam membina anak-anak. Kami juga sebagai mahasiswa UIN pernah mengaji dengan umi bangga dan menjadi panutan kami sebagai pelajar🤗🥰🥰

MasyaAllah
Luar biasa pengabdian ummi, semoga Allah membalas dan mencatat semua kebaikan dan jadi pahala jariyah nantinya. Amin ya Rabb

Masya Allah semoga senantiasa dalam lindungan Allah buk, terus menjadi sosok yang menginspirasi dan terus menebar kebaikan serta ilmu yang sangat bermanfaat. Semoga pahala terus mengalir dan Allah balas dengan surgaNya.

Maa sya allah ummi nuraini,.
Semangat dan keikhlasan beliau dalam mengajarkan alquran patut d jadikan contoh,.
Semangat ummi semoga amal baik nya bermanfaat smai ke akhirat,. Amiin,.

Alhamdulillah…semangat ummi tet yg patut dicontoh oleh generasi muda…ilmu agama dan belajar alqu’an yg sya dapatkn dari ummi tet sangat berharga dan berkesan…smoga Allah mmbalas smua amal kebaikan ummi tet..syukran ummi tet dan tetap semangat ya ummi🧡🧡

Alhamdulillah ummi tet..jiwa smangat yg patut dicontoh oleh generasi muda mudi lain…keikhlasan ummi tet dlam mngjarkn ilmu agama dan ilmu bljar Al-Qur’an sangat luar biasa…sangat berkesan…smoga Allah slalu mlindungi ummi tet dan Allah mudahkan setiap rintangan dlam mndidik insani dijalan Allah…tetap smangat umi tet🧡🧡

MasyaAllah, tabarakallah. Luar biasa Ummi Tet, sangat ikhlas dalam menebar manfaat utk orang lain,terutama dalam mengajarkan Al-Qur’an.Sehat terus Ummi Tet sekeluarga. Lanjutkan perjuangan utk umat. InsyaAllah semua akan berbalas. Allahummarhamna bil Qur’an. 🤲🤲🤲

Subhanallah buk….memang ibuk luar biasa. Baik hati, ramah dan bersahaja. Semangat terus ya buk? Semoga ibuk sehat slalu dalam lindungan Allah SWT aamiin

Masya Allah Ummi, hanya Allah yg dpt membalas sgl kebaikan ummi.
termotivasi sekali baca profil ummi, semoga kami bisa sprt ummi. Insya Allah.

Masya allah.. semoga selalu diberikan kesehatan untuk kita semua dan dimudahkan dalam segala urusan. Jazakumullah khairan… amin ya rabbal alamin

Semoga Ibuk terus di beri kesehatan agar bisa selalu menjadi contoh bagi yang lain dan berguna untuk banyak orang.

Masya allah luar biasa umi ,kami sebagai mahasiswa sangat terinspirasi dengan umi. Semoga umi selalu dalam lindungan allah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *